Secara harfiah kata pemerkosaan berarti, memaksakan kehendak. Seseorang melakukan tindakan seksual secara seksual pada orang lain, artinya sesorang memaksakan kehendaknya atas segala yang dia pikirkan dan lakukan secara seksual kepada orang lain dan masa bodoh apakah orang lain itu senang atau tidak senang dengan apa yang dia lakukan. Prinsip memaksakan kehendak itulah yang menetapkan, bagaimanapun juga, sebuah pemerkosaan adalah sebuah kejahatan. Artinya pemerkosaan seksual adalah perbuatan yang penuh kepengecutan, noda dan pelanggaran hukum yang bisa mendatangkan penderitaan pada sang korban dan hukuman fisik dunia bagi para pelakunya.
Beberapa orang korban pemerkosaan atau orang dekatnya telah mengirimkan informasi atau kisah melalui e’mail ke saya. Ternyata demikian banyak ragam pemerkosaan, baik dari segi motif-nya, pemicunya, situasi saat pemerkosaan berlangsung, akibat sesudahnya dan sebagainya. Secara umum masyarakat memandang korban pemerkosaan sebagai aib. Tetapi di antara para korban tidak seluruhnya menyesali apa yang pernah mereka alami. Bahkan mereka menyebutnya sebagai pengalaman hidup yang indah. Mereka memperoleh sensasi nikmat birahi dari pemerkosaan yang mereka alami. Dalam batas-batas tertentu mereka selalu mengenang bahkan ingin sekali mengalaminya lagi.
Saat-saat yang paling menyeramkan dalam menghadapi pemerkosaan adalah saat awal terjadinya Cerita. Rata-rata korban sangat ketakutan atas kemungkinannya tindakan keras dan kasar yang bisa melukai fisiknya atau bahkan mengancam jiwanya. Dan banyak para pemerkosa, yang biasanya memang lantas ketagihan untuk mencari korban berikutnya, sangat memahami kelemahan akan tekanan psikologis pada para korban tersebut. Oleh karenanya untuk memperlancar operasionalnya mereka juga menggunakan berbagai bentuk ancaman, baik berupa ancaman fisik lengkap dengan peralatan senjata tajam atau lainnya, juga ancaman mental psikologis misalnya dipermalukan atau mempermalukan di depan orang lain.
Sesudah melewati saat awal yang menakutkan itu ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi pada sang korban, yaitu, dia menyerah pasrah dan menikmati sebagai bentuk petualangan seksual atau menyerah pasrah dengan tetap merasa menderita, dendam dan tertekan jiwanya. Hal tersebut sangat tergantung konsep alam pikiran maupun kesiagaan dan kesadaran mental setiap orangnya. Tetapi yang paling nyata adalah, apa yang sesungguhnya terjadi sulit sekali bisa dimengerti dan dibaca dari pihak luar.
Beberapa pelaku sering membela diri bahwa dia tidak memperkosanya, karena dia mengetahui pada saat pemerkosaan berlangsung sang korban nampak begitu menikmati perkosaannya, bahkan ada yang menyatakan ingin mengulangi kenikmatannya lagi. Beberapa komplain atau pengaduan dari korban lebih disebabkan adanya kehendak-kehendak lain di luar perkosaannya itu sendiri, misalnya kekhawatiran akan kemungkinan keluarga suami korban menuntut perceraian karena merasa aib, atau bahkan minta segera dikawinkan dengan si pemerkosa apabila ternyata belakangan ketahuan hamil dari hasil perkosaannya itu.
Kumpulan di bawah ini hanya sebagian hal yang mungkin terjadi dari ribuan kemungkinan lain yang bisa terjadi pula. Dengan nama-nama orang yang disamarkan, dari beberapa informasi itu saya coba susun dan jadikan kisah pemerkosaan seksual khususnya yang dialami para istri sebagaimana yang tertera di bawah ini.
*****
Perkosaan Pertama,
DI ATAS KERETA API MALAM
Secara rutin aku dengan atau tanpa suamiku pulang mudik setiap 3 bulan. Maklum orang tuaku sudah uzur dan aku sama suamiku, Mas Darto, punya cukup waktu untuk jalan sana sini. Anak-anak-ku sudah mandiri. Walaupun usiaku baru 42 tahun dan usia Mas Darto 47 tahun tetapi kami sudah berstatus kakek & nenek deng 2 cucu yang manis-manis. Kami merupakan pasangan yang sehat dan berbahagia. Sisa-sisa kecantikkan masa mudaku masih banyak menjadi perhatian para pria. Bahkan para perjaka tidak akan mengira kalau aku sudah nenek-nenek. Orang bilang sex appealku sangat menonjol. Dengan tinggi badanku yang 165 cm dan berat tubuh yang 52 kg mereka bilang tubuhku sangat sintal. Suamiku orang swasta yang tak kenal lelah. Ada saja yang dia kerjakan untuk kesejahteraan ekonomi kami. Satu hal yang masih dominan dalam diri kami masing-masing adalah libido kami yang masih terus menggebu. Kami masih melakukan hubungan seks dengan penuh ber-kobar-kobar setidaknya 3 kali seminggu. Kami merupakan pasangan yang bahagia dalam masalah seks ini. Tak ada kekecewaan yang menggelantung sebagaimana yang sering aku dengar dari keluarga yang lain. Aku selalu mendapatkan orgasmeku setiap kali berhubungan dengan suamiku.
Saat ini kami berada di stasiun Kota, Jakarta, menunggu kedatangan KA BIMA yang akan membawa kami ke Surabaya tempat orang tua kami tinggal. Tepat jam 7.30 malam kereta mulai bergerak ke arah selatan menuju satsiun Gambir, Manggarai dan Jatinegara untuk kemudian akan lurus menuju ke timur hingga stasiun Gubeng, Surabaya.
Dinginnya gerbong eksekutif BIMA membuat kami memilih banyak tidur. Mas Darto sendiri orangnya paling mudah tidur. Aku bilang nggak boleh kesenggol bantal, karena kesenggol sedikit saja dia langsung tidur pulas. Sesudah hidangan makan malam keluar, yang langsung kami santap habis, kembali kami tertidur. Aku sendiri yang tidak begitu tahan dingin, sebentar-sebentar ke toilet untuk buang air kecil.
Kuperhatikan kursi di gerbong eksekutip ini sekitar 60 % terisi, maklum bukan hari libur. Mereka nampaknya para pedagang, karyawan yang sedang mendapatkan tugas atau cuti dan sebagainya. Kami kebagian kursi paling belakang, sehingga setiap penumpang selalu melewati kursi kami setiap akan menuju toilet kereta yang lokasinya tepat berada di belakang kursi kami. Dan yang paling aku perhatikan para pria selalu menyempatkan matanya untuk melirik ke aku. Aku sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Sering dalam pikiran nakalku untuk mencoba menggoda mereka, apalagi kalau kebetulan ketemu orang ber-type Bon Jovi yang rambutnya bebas terurai, dadanya yang aduhai. Ah, tetapi itu hanya pikiran ngelanturku. Mas Darto walaupun typenya jauh dari yang namanya Bon Jovi telah memberikan segalanya padaku, mau apa lagi.
Sekitar jam 3 dini hari aku ingin kencing. Saat aku keluar gerbong menuju toilet kulihat dalam kegelapan ada seorang pria yang sedang menunggu. Rupanya sesorang sedang berada di toilet. Aku malas untuk bolak-balik di atas kereta yang melaju 80 km per jam ini. Aku ikut nunggu saja. Begitu orang keluar dari toilet aku pikir pria yang lebih dahulu menunggu itu bergegas untuk masuk, tetapi ternyata dia tidak bergerak dari tempatnya. Aku pikir dia hanya mau cari angin barangkali. Jadi akulah kini yang bergerak masuk toilet. Begitu aku masuk langsung disambut cahaya lampu toilet yang benderang. Tetapi begitu aku mau menutup pintu tiba-tiba kulihat sebuah tangan berbungkus jaket kulit mengganjal antara daun pintu dengan kusennya. Aku panik, mau apa orang ini. Dia mendorong pintuku demikian kuat yang aku nggak mampu menahannya dia ikut memasuki kamar toilet yang sempit itu. Dia bekap mulutku kuat-kuat dengan tangannya agar aku tidak teriak. Aku sangat ketakutan. Aku panik.
Aku coba gedor-gedor dinding toilet agar orang-orang lain mendengar dan menolongku, tetapi lajunya kereta yang disertai berisiknya gerbong yang berlari kencang gedoran tanganku hanya sia-sia. Pria itu membisikkan padaku,
“Bu, jangan berisik. Awas nanti kalau kedengaran bapak di sebelah dinding dan kita ketahuan berdua-an di kamar toilet ini akau akan berlagak bahwa ibulah yang menarik aku masuk ke toilet bersama ibu”.
Deg, hatiku langsung terpukul. Dan ternyata dia nggak memberi aku berpikir panjang. Dia langsung singkap rok-ku dan turunkan celana dalamku. Dengan tetap membungkam mulutku tangannya menyuruh aku untuk berbalik membelakangi dia. Dia dorong tubuhku hingga aku hampir terjatuh hingga tanganku secara refleks meraih pipa dan kran di depanku. Posisi tubuhku mau tidak mau menjadi setengah nungging. Pada saat itu pula aku merasakan tangannya mengelusi bokong dan meremasi vaginaku. Dimainkannya jarinya pada kelentitku dan dimasuk-masukannya ke lubang vaginaku. Dengan tangan lainnya yang terus membekat mulutku membuat aku nggak bisa berteriak kecuali berpikir dan merasakan apa yang terjadi. Akhirnya karena ketakutan dan kekagetan yang melandaku, aku merasa lebih baik mengalah dari pada terjadi hal-hal yang mungkin berakibat fatal padaku.
Remasan jari-jari pada vaginaku kurasakan mulai melanda birahiku dan semakin hebat akibatnya. Aku merasakan vaginaku mulai membasah. Cairan birahiku mulai mengalir keluar di lubang vaginaku. Aku mengerang penuh kehausan. Dan saat jari-jarinya dia cabut dan angkat aku sangat tak sabar menunggu penggantinya. Dan saat sebuah tonjokkan bulatan panas mendesak bibir vaginaku aku tahu bahwa penis lelaki itu telah siap ngentot vaginaku. Aku langsung menggelinjang. Kini aku didorong oleh suatu keinginan yang kuat sekali untuk merasakan penis orang lain yang bukan suamiku menembusi vaginaku. Keinginan itu pasti nafsu birahiku yang telah menyergap aku yang membuat aku terbakar hingga melumpuhkan nalar sehatku. Refleks pada pantatku kini adalah menggoyang agar penis itu lekas meruyak ke dalam vaginaku yang sudah demikian gatal menantinya. Aku merintih.
Aku dilanda prahara nikmatnya pemerkosaan padaku ini. Dan kini yang terjadi adalah dua insan yang berpacu untuk meraih orgasmenya dalam ruang toilet sempit diatas rel yang melaju antara Jakarta Surabaya. Penis lelaki itu dengan sangat cepat memompa kemaluanku. Dan aku sendiri menjadi sepenuhnya menyambutnya. Pantatku terus bergerak maju mundur mengimbangi kecepatan pompanya. Dan sepertinya memang demikianlah yang harus terjadi. Persanggama-an buahpemerkosaan ini tidak berlangsung lebih dari 5 menit. Kami sama-sama menumpahkan cairan-cairan kami. Sperma panas lelaki itu menyemprot-nyemprot dan membanjiri liang vaginaku. Aku meraih orgasme dalam sensasi birahinya korban pemerkosaan. Aku sangat puas. Demikian besar kepuasan orgasme yang aku dapatkan dan rasakan melebihi lebih dari 5 tahun orgasmeku yang secara rutin aku dapatkan dari suamiku. Aku melenguh kelelahan.
Saat aku keluar toilet aku dihinggapi rasa bimbang, adakah aku masih istri yang setia? Adakah aku masih berhak duduk di samping suamiku yang masih tidur pulas sejak kutinggalkan ke toilet tadi? Kulihat wajah suamiku yang begitu damai. Yang tak pernah tahu bahwa walaupun bukan mauku, aku merasa telah menghianatinya.
Perkosaan Kedua,
SOPIR BOSS
Pesta ulang tahun istri boss telah usai. Para undangan sebagian menuju mobil mereka untuk pulang, sebagian lain lagi menunggu supir masing-masing berdiri di kanopi rumah boss. Dengan ditemani istri boss, aku menunggu suamiku yang saat ini masih terlihat bicara serius dengan boss serta staff direksi yang lain. Beberapa saat kemudian kulihat suamiku bersama boss mendekat ke aku. Boss yang bicara padaku,
“Maaf Bu, Pak Darto saya tahan karena ada yang perlu dibicarakan untuk pertemuan dengan pengusaha Jerman besok. Ibu biar diantar Paijan supir saya pulang lebih dahulu. Nggak apa-apa ya Bu, maaf nih”, demikian permintaan maaf boss Mas Darto yang nggak mungkin aku sanggah lagi sebagaimana kebiasaan di lingkungan kantor kami.
Ada kebanggaan bahwa suamiku, Mas Darto, merupakan staff inti yang selalu dibutuhkan pada saat-saat kritis seperti ini, tetapi aku sudah terlampau banyak dikorbankan untuk hal-hal seperti ini.
Kebetulan aku meraih “door prize” saat istri boss mengundi nomer urut tamu malam ini. Lumayan aku dapat flat TV 21 inchi yang bisa aku pasang di kamar tidurku nanti. Mobil BMW 650i yang super mewah berhenti di latar kanopi begitu boss usai bicara padaku. Paijan sang supir bergegas mengambil dooz besar TV-ku dan membukakan pintu kursi belakang untukku.
“Selamat malam, Bu. Wah rupanya Pak Darto bisa sampai malam hari ini, Bu. Soalnya saya dengar rombongan pengusaha Jerman itu minta bapak untuk membuat draft LOI gairahsex.com (maksudnya, Letter of Intent) untuk besok pagi”. Begitu Paijan memberikan selamat malam padaku dan menyampaikan informasi mengenai tugas Mas Darto hasil dari nguping pembicaraan bossnya.
Sampai di rumah aku turun lebih dahulu untuk membuka pintu dan menyalakan lampu ruang depan. Paijan mengangkat dooz TV ke dalam rumah. Saat itu terpikir alangkah baiknya kalau Paijan bisa sekalian membantu membongkar TV-nya dan menaruh di kamar tidurku. Dengan senang hati dia melakukan permintaanku. Boss sudah nggak nunggu saya lagi kok Bu, jadi saya bisa bantu ibu sebentar, begitu jawabnya. Saat itu kuperhatikan matanya begitu berbinar setiap aku ngajak omong. Dia tidak hanya memperhatikan bibirku yang bicara tetapi juga gaun malamku yang menampakkan bahuku yang terbuka, belahan buah dadaku, pinggulku. Aku sudah terbiasa menghadapi pandangan mata lelaki macam itu, tetapi mestinya bukan kelasnya Paijan. Aku merasakan bahwa sebagai lelaki, Paijan pasti juga tergerak birahinya melihat perempuan seperti aku, itu jelas dari cara matanya memandangku. Aku mafhum.
Paijan dengan cepat dan cekatan melaksanakan permintaanku. Nampaknya dia ingin benar-benar membuat aku senang. Dan sebagai terima kasihku kubuatkan minuman saat selesai memasang TV di kamar tidurku. Sementara dia minum aku masuk kamar untuk ganti baju.
Aku sedang membuka blus setengah dadaku yang tanpa kancing melalui kepalaku ketika tiba-tiba aku mendengar langkah kaki Paijan memasuki kamarku dan sama sekali tak kuduga ketika dia memelukku dengan kuat dan langsung menciumi ketiakku. Aku berteriak tertahan karena malu kalau sampai kedengaran tetangga, sementara mukaku masih tertutup oleh blusku sehingga aku tidak melihat apa-apa di sekelilingku. Dengan sigap tangan kuat Paijan membekap mulutku dari balik blusku,
“Jangan teriak, Bu. Malu kan kalau kedengaran tetangga. Saya nggak tahan Bu. Kepingin ngentot ibu sejak berangkat dari rumah boss tadi. Sebentar saja, Bu”. Gaya bicara Paijan yang demikian tenang sangat membuatku jengkel dan marah. Sepertinya dia biasa melakukan hal begini kepada orang lain. Dasar begundal gila kamu, Jan.
Aku berontak dan jatuh ke ranjang tertindih tubuh Paijan yang terus merangsek ketiak dan bagian tubuhku yang lain. Aku mulai ketakutan Paijan akan memperkosa aku. Nggak mungkin dia berbuat begitu padaku yang istri atasan dia juga. Tetapi teriakkan dan berontakku rasanya sia-sia. Dia terlampau kuat buat aku. Dengan mudah Paijan meringkus aku. Mulutku disumpal dengan sapu tanganku yang dia raih dari meja toiletku. Tanganku dia ikat kuat-kuat pakai tali rafiah bekas pengikat TV ke kisi-kisi ranjangku. Sementara kakiku ditahan dengan tubuhnya dengan kuat.
Aku terus berusaha berontak dengan tubuhku yang masih bebas untuk menggeliat menolak muka Paijan yang nyungsep ke dadaku yang hanya tinggal memakai BH. Kakiku juga masih berusaha melawan kendati tubuhnya sangat kuat menindihku. Aku mulai berpikir kalau aku bisa menendang selangkangannya pasti Paijan akan kesakitan. Tetapi aku nggak mampu. Bahkan tangan kanan Paijan yang telah menyingkap gaun malamku mulai menarik-narik celana dalamku. Aku mulai menangis putus asa. Bagaimanapun nafsu jahat Paijan akan kesampaian juga.
Dengan ini Paijan jadi tahu bahwa perlawananku tinggal setengah, selebihnya tinggal keputus asa-an dan penyerahan tubuhku yang siap untuk melampiaskan nafsu binatangnya. Hal ini membuat Paijan menjadi lebih gila dan mulai melepasi ikat pinggang kemudian memerosotkan celana panjangnya hingga ke pahanya. Aku memang semakin putus asa saat kurasakan Paijan berhasil menarik melepasi celana dalamku kemudian menguakkan selangkanganku dan menenggelamkan wajahnya ke kemaluanku. Dia merangsek menciumi dan menyedoti vaginaku. Aku tak bisa membayangkan lagi bagaimana perasaanku waktu itu. Kemaluanku yang berbulu tipis dengan bibir vaginanya yang sangat ranum dilumat-lumatnya yang terkadang sambil melepaskan gigitan-gigitan kecilnya.
Cukup puas menggarap kemaluanku kini wajah Paijan merangkaki perutku. Dengan bibirnya yang terus menjilati dan menyedoti tangan-tangannya melepasi BH-ku dan membetot keluar payudaraku yang memang sangat menggunung dan pasti menimbulkan nafsu birahi Paijan yang makin kesetanan ini. Kemudian dari jilatan dan sedotan di perutku bibirnya bergerak cepat beralih mengenyoti dengan sangat ganas buah dadaku yang sudah keluar dari BH yang sudah berantakkan ikatannya.
Dan di bawah sana kurasakan benda keras yang aku pastikan adalah penisnya mulai didorong-dorongkannya ke lubang vaginaku. Aku semakin benar-benar tidak melihat jalan keluar lagi. Aku dilanda kecemasan dan ketakutan yang amat sangat. Aku menjadi lumpuh dengan penuh sakit di hatiku. Aku terus menangis. Sopir gila ini benar-benar akan memperkosa aku. Edan. Gila. Benar-benar anjing kamu, Paijan.
Tetapi Paijan ternyata sangat professional untuk merubah penolakanku menjadi penantianku. Dengan bertumpu pada lumatan, isepan dan gigitan pada payudara dan pentil-pentilku yang sangat intens, Paijan mengembangkan variasi remasan dan rabaan pada bagian-bagian tubuhku yang paling sensitive. Terkadang jarinya seakan mencakar kasar untuk kemudian berubah mengelus lembut. Aku dipermainkan oleh gelombang sentuhan erotisnya. Aku tergiring untuk memasuki wilayah peka birahi yang demikian dahsyat. Aku nggak habis pikir, terkadang aku dibuatnya menunggu, apa lagi dan yang mana yang akan dirambah rabaannya. Dan itu merupakan siksaan yang paling aku benci. Menunggu Paijan,gairahsex.com menunggu rabaannya, sementara lidah dan bibirnya terus menggelitik payudara dan pentilku dengan disertai dengusan serta lenguhan nikmat yang sangat merangsang iba birahi siapapun yang mendengarnya. Rasanya dalam waktu yang singkat kini beralih aku yang terlanda kehausan. Birahiku seakan tercambuk untuk mendera nafsu libidoku. Ayoo, Paijan, cepatt.. yang mana lagi.., ayoo, kurang ajar benar sih, kamu..
Aku ngap-ngapan mengejar nafasku karena perbuatan Paijan ini. Kini situasinya jadi berbalik. Kini aku yang justru menginginkan Paijan dalam arti sesungguhnya untuk memperkosa aku habis-habisan. Kini aku berubah menjadi hewan betina yang menunggu dilahap rakus jantannya.
Dan ketika akhirnya kurasakan ujung penis Paijan mendesaki gerbang vaginaku. Bibir vaginaku kurasakan menebal dan menjadi sangat peka terhadap sentuhan. Aku sangat berharap penis Paijan cepat menembusi vaginaku. Aku goyangkan pantatku naik turun dan berputar cobek untuk menjemput dan menangkap batangan penis Paijan. Aku sudah demikian kegilaan menunggunya. Oohh.., Mas Dartoo, maafkan aku, ini bukan salahku, mass.. Kenapa kamu nggak pulang mengantar aku dulu kemudian kembali dengan urusan pekerjaanmu, demikian aku menangisi nasibku. Dan Paijan mulai dan terus mengocok-ocokkan penisnya secara intensif ke liang kemaluanku.
Dan saat akhirnya vaginaku menelan seluruh batangan penis itu, wwuuhh.. Aku dilanda nikmat yang sangat dahsyat. Kini aku mendesah dengan hebatnya. Dan lebih konyol lagi, kegatalan pada vaginaku terus memaksa pantatku bergoyang naik turun untuk menjemput penis Paijan agar menembusi lebih dalam lagi, dan bergoyang seperti “ngebor”, memutar pantat ke kanan dan ke kiri agar vaginaku bisa melumat batang penis untuk menggaruk dinding vaginaku yang nggak mampu aku tahan lagi rasa gatalnya. Dan inilah yang diharapkan Paijan sebagai tanda telah mampu menundukkan aku. Oocchh, ampuni aku Mas Dartoo..
Kini Paijan merasa tidak perlu terlampau ketat menahan meringkus aku. Bahkan dengan penuh keyakinan sumpal di mulutku dilepasnya. Paijan tahu aku telah berada di wilayah kenikmatan birahiku dan tak akan mungkin berteriak-teriak yang membuat kehilangan kenikmatan itu. Penisnya mulai dipompakan secara teratur dan cepat menembusi vaginaku. Dan cairan birahiku tak lagi bisa menyembunyikan hadirnya nafsu birahiku itu.
“Bu, enhak sekali ya, Bu .., Bu enhaakk, yaa..”, racau Paijan sambil menahan birahinya yang sudah demikian tak terkendali. Tetapi ucapan Paijan itu sama sekali tidak salah. Aku memang merasakan enak dan nikmatnya pemerkosaan ini. Bahkan kini aku benar-benar menggoyang-goyangkan pantatku karena kenikmatan yang menimpa diriku. Dan racauan mulutku mengalir menyahuti menyemangati racauan Paijan,
“Teruzzss Mas Paijan.., terusszz.., enhhaakk.., terusszzhh..”.
Semua menjadi serba cepat. Genjotan penis Paijan yang semakin kuat ngentot kemaluanku membuat susu-susuku tergoncang-goncang seperti terlanda gempa bumi. Aku merasa kehausan yang amat sangat. Aku minta Paijan menciumi bibirku. Kami saling melumat dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang menerpa birahi kami. Dan kini aku merasa seluruh urat dan otot-otot tubuhku meregang. Aku merasa ada desakkan kuat yang harus meledak keluar dari dalam tubuhku. Dan kemudian aku merasakan aliran stroom jutaan watt hadir mengawali muncratnya cairan birahiku dari dalam kemaluanku. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat saat orgasmeku datang. Mataku membeliak-beliak menahan dera nikmat. Aku gigit pundak Paijan hingga terluka.
Aku belum pernah mendapatkan pengalaman nikmat macam ini selama perkawinanku dengan Mas Darto. Aku menjadi buas dan kehilangan perasaan malu. Aku meracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat seronok dan kotor yang seharusnya tidak keluar dari mulutku. Aku terdorong oleh nafsu birahiku yang menggelegak hebat mengucapkan nikmat luar biasa sambil merintih. Dan berbareng dengan itu, Paijan yang seperti orang gila semakin keras dan cepatnya memompa vaginaku hingga kudengar suara bijih pelirnya yang memukul-mukul bawah vaginaku. Paijan menyusul menyemprotkan air maninya yang sangat panas ke dalam vaginaku. Aku tak bisa bayangkan lagi betapa kuyupnya lubang kemaluanku. Air mani dan cairan birahiku membusa meleleh keluar menyertai keluar masuknya pompaan penis Paijan. Dan akhirnya semua berhenti.
Sepertinya Paijan lunglai menindih tubuhku dengan keringatnya yang mengalir deras dari tubuhnya, tetapi wajahnya yang juga basah yang nyungsep di belahan dadaku bibirnya masih pelan mengenyoti payudaraku dan penisnya yang terendam basah masih kurasakan tegang kaku dalam rongga kemaluanku. Walaupun terus terang aku mendapatkan kenikmatan seksual yang hebat dari paksaan Paijan tapi demi gengsiku kutolak tubuh Paijan dari tubuhku, aku ingin dia cepat menyingkir dari aku. Tetapi apa kata dia,
“Bu Darto, kemaluan ibu seperti kemaluan perawan, sangat sempit dan sangat nikmat. Penisku belum puas, Bu. Aku mau lagi. Aku mau ibu melayani aku lebih baik lagi. Aku pengin ngentot ibu lagi. Aku mau ibu menjilati penisku sebelum kumasukkan ke nonok ibu lagi”.
Edan kau Paijano.. Omonganmu sama sekali menghinaku. Kamu anggap apa aku ini? Memangnya aku tempat pelampiasan nafsu binatangmu? Memangnya aku budakmu? Pergi kau Paijan.. Pergi..!!, demikian aku berteriak padanya.
Terus terang aku berteriak bukan benar-benar menyuarakan hatiku. Aku hanya berteriak demi gengsiku. Aku akan menangis penuh penyesalan seandainya Paijan lantas dengan kecut meninggalkan aku. Terus terang kata-kata jorok brutal Paijan tadi tiba-tiba menjadi sensasi birahi yang menggelegak menghantam sanubari libidoku. Aku merasakan birahi nikmat mendengar kata penis belum puas, ngentot vaginaku, menjilati penisnya, ah, merinding dan bergetar merasakan betapa kata-kata itu menjadi demikian merangsang nafsu birahiku. Aku ingin mendengarnya lagi, aku ingin Paijan mengucapkannya lagi untukku. Aku ingin ada kata-kata yang lebih kotor lagi. Aku ingin Paijan mengucapkan keinginan kotornya padaku lagi.
Tetapi ternyata dia tidak bicara lagi. Dia bertindak. Dia mencabut dari vaginaku penisnya yang masih kuyup oleh lendir spermanya yang tercampur dengan cairan birahiku. Dia merangkaki tubuhku. Dia melangkahi payudaraku untuk mendekatkan penisnya ke wajahku. Untuk menjejalkan ke mulutku. Sungguh mati aku sangat jijik menghadapi ini. Mulutku belum pernah mencium apalagi mengulum penis. Aku sangat jijik karena memang belum pernah aku melakukannya walaupun suamiku sering minta agar aku melakukannya. Walaupun kedua tanganku masih tetap terikat, aku mati-matian menggeliat-geliat untuk berusaha menolaknya. Aku pandang hanya binatang saja yang melakukan cara macam ini. Tetapi Paijan yang menjadi demikian terbakar nafsunya melihat geliatan tubuhku tidak memintaku. Dia memaksa aku. Dia telah berhasil memperkosa kemaluanku, dan kini dia akan memaksa mulutku untuk menerima penisnya.
Dan Paijan memiliki banyak cara. Dia memencet hidungku hingga aku kesulitan mengambil nafas sampai mulutku terpaksa terbuka untuk bernafas. Pada saat itu penisnya langsung disodokkan dan dijejalkan ke mulutku. Reaksi pertamaku adalah gelagapan dan rasa muak yang tak terhingga. Aku mau muntah. Tetapi keinginan itu seketika lenyap ketika Paijan dengan tiba-tiba dan sangat kurang ajar meraih kepalaku, menjambak rambutku dan kemudian berkali-kali menampari pipiku. Kali ini aku sungguh-sunguh merasa direndahkan harga diriku. Seorang sopir macam Paijan beraninya menampar istri bossnya.
Tetapi Paijan sudah kerasukan setan. Dan yang hadir pada diriku kini bukan lagi gengsi tetapi ketakutan yang amat sangat pada orang yang kerasukan setan. Aku jadi terpaksa membiarkan penisnya yang disodok-sodokkan ke mulutku. Aku pasif, tidak menggerakkan mulutku sama sekali, tetapi Paijan kembali menamparku,
“Ayo, Bu, isep-isep penis enak, Bu, kulum, ayo, enak ini bu..”, antara ketakutan dan merinding birahi yang sangat, aku diserang gemetar hebat. Dan diluar kesadaranku akhirnya aku mengulum penisnya. Aku menggerakkan bibirku. Aku menjilatinya. Rasa asin yang menyergap lidahku membuat aku terkaget. Tetapi Paijan sama sekali tak memberikan aku ruang untuk menolak. Penisnya sedikit demi sedikt dijebloskan ke mulutku hingga menyentuh tenggorokanku. Kemudian ditariknya sedikit untuk kembali dijebloskannya lagi, demikian di ulang-ulanginya hingga aku jadi ber-adaptasi. Aroma sekitar selangkangannya yang semula sangat membuat aku mual kini tak terasa lagi. Rasa jijikku menyurut.
Paksaan yang tak bisa kutolak menggiring aku untuk kompromi. Aku menerima dengan setengah perasaanku, sementara aku mencoba meraba dimana kenikmatannya. Sampai-sampai orang-orang suka membicarakan hal macam begini, bagaimana rasa nikmat melakukan oral seksual dengan mengkulum dan mejilati penis lelakinya. Dan saat tangan Paijan juga meremasi buah dadaku dan memainkan pentilku aku tak bisa mengelak, nikmat birahi melumati penis lelaki segera merambati aku pelan, pelan, pelan dan kemudian menerkam diriku dengan hebatnya. Situasi serasa berbalik 180 derajat, akulah kini yang mengerang dan mendesah sambil dengan penuh penghayatan dan nafsu birahi aku memperdalam dan memompa penisnya dengan seluruh haribaan mulutku. Paijan tahu aku sudah bisa dia taklukkan. Dan aku merasakan gelinjang nikmat bagaimana sebagai perempuan terhormat ditaklukkan oleh penis supirnya.
Aku merasakan sensasi seksual sebagai budak nafsu supir boss suamiku. Kini aku menjadi pihak yang banyak menuntut. Aku ingin Paijan menumpahkan seluruh nafsunya ke tubuhku. Setiap tindakan kasarnya menambah nikmat birahiku. Keinginan untuk menyerah sebagai budak taklukannya merupakan ungkapan yang sangat sensasional untuk nafsu birahiku. Aku ingin direndahkan. Aku ingin dihina. Aku ingin dijajah oleh Paijan. Aku bahkan ingin disakitinya. Untuk itu aku berontak habis-habisan hingga penisnya lepas dari mulutku. Aku tendang sebisaku apa yang aku bisa tendang. Aku cakari tubuhnya. Aku maki dia dengan kasar,
“Anjing kamu Paijan, babi, setan!”, dan rupanya perlawananku langsung memancing kemarahannya. Aku ditamparinya hingga bibirku pecah dan berdarah. Dia memaki aku,
“Dasar pelacur kamu, cabo murahan, pemakan tai!”, katanya dengan kasar sambil meraih mukaku dengan kedua tangannya.
Dipegangnya mulutku pada rahang bawah dan atasnya. Dipaksakannya aku membuka mulutnya. Kemudian di ludahi mulutku. Dia ludahi lagi. Dia ludahi terus mulutku. Dia gumpalkan air liurnya ke bibirnya kemudian diludahkannya kemulutku. Dan setiap kali dia membuang ludahnya ke mulutku, setiap kali pula dia pencet hidungku hingga aku gelagapan dan terpaksa aku menelan ludahnya. Tiba-tiba merinding dingin dan gemetar seluruh tubuhku, seakan badai kutub utara menyergap aku. Seluruh saraf-saraf dan ototku mengejang. Aku merasa kegatalan birahi yang sangat pada kemaluanku dan membuat rasa ingin kencingku meledak-ledak. Aku tahu perlakuan kasar Paijan telah memancing nafsu birahiku dengan dahsyat. Dan kini aku akan kedatangan nikmat orgasme yang tak kuduga-duga akan secepat ini sebelumnya.
Aku sudah tenggelam dalam badai birahi yang tak lagi terkendali. Ludah Paijan telah mendongkrak libidoku dan mendorongku untuk kembali mencengkeram dan memepet-pepetkan selangkanganku ke tubuh Paijan sebagai ungkapan kegatalan vaginaku sambil aku merintih dengan histeris dan setengah teriak,
“Paijan, masukin penismu, Djo, entot aku lagi, Djo, tolong, entot aku lagi”, tentu saja dia heran akan sikapku yang berbalik 180 derajat.Dan langsung Paijan menyambut gembira histerisku itu. Tetapi dia tidak langsung menjawab permintaanku. Dia melepaskan terlebih dahulu tanganku dari ikatannya. Dia nampak begitu yakin bahwa aku telah benar-benar dia kalahkan. Dia ingin merasakan bagaimana aku akan sepenuhnya mengekspresikan kenikmatan yang dia berikan. Dia ingin aku menggunakan tangan-tanganku untuk memelukinya dikarenakan birahi yang membakar diriku.
Dengan penuh keyakinan dia kangkangkan selangkanganku. Dia arahkan penisnya ke vaginaku yang dengan serta-merta pantatku naik tinggi-tinggi menjemputnya. Penis itu langsung.. bleezzhh.. menghunjam dan ditelan vaginaku bulat-bulat. Dengan tanganku yang terbabas aku memeluki tubuh keringat Paijan dengan sepenuh puas hatiku. Dengan cepat pantatku goyang memutar dan memompa naik turun.
Saat orgasmeku benar-benar berada di depan gerbang puncak nikmat, aku berbalik dengan cepat ganti menindih tubuh Paijan. Doronganku adalah menghunjamkan penisnya untuk lebih dalam meruyak menusukki vaginaku. Dan saat itulah, cakar-cakarku melukai bahu Paijan dengan disertai teriakkan seperti anjing betina yang melonglong keenakkan dientot jantannya, orgasmeku akhirnya muncrat, tumpah ruah membuat vaginaku menjadi banjir dan kuyup. Dengan cepat kuterkam mulutnya dengan mulutku, kuhisap-isap lidah dan ludahnya untuk menghapus dahaga birahiku dan menuntaskan puncratan cairan birahiku. Kuhisap terus, kuhisap terus, kuhisap terus hingga akhirnya aku tergeletak lemas ke kasur pengantinku. Sepintas aku lihat Paijan bangkit dan meloco penisnya. Dia mengeluarkan spermanya beberapa saat kemudian disertai dengan teriakkan lepas birahinya dengan sekeras-kerasnya. Dia puncratkan sperma hangatnya ke tubuhku, ke dadaku, ke mukaku, ke rambutku. Sesudah ber-galon-galon spermanya tersedot keluar, Paijan jatuh lemas ke kasur di sebelahku. Aku terlena.
Entah berapa lama aku tertidur kecapaian hingga terbangun saat kulihat Paijan bergerak bangun. Mataku yang kini selalu terpaku pada penisnya melihat betapa penis gede itu belum nampak surut juga dari tegang kakunya. Penis itu masih nampak ber-ayun-ayun setiap kali pemiliknya bergerak ke-sana-kesini. Kulihat dia bergerak turun.
Dia balikkan tubuhku kemudian dia tarik kakiku hingga tungkai kakiku terjuntai ke lantai. Dia rabai lubang pantatku. Kemudian aku rasakan dia membenamkan wajahnya di sana untuk menciumi dan menjilati lubang analku. Rasa gatal yang sangat dengan cepat kembali menggelitik nafsu birahiku. Suamiku tak pernah menjilati pantatku, apalagi lubangnya sebagaimana yang dilakukan Paijan kini. Aku tidak berfikir lagi untuk menolaknya, rasanya Paijan sudah menaklukkan aku secara total, aku pasrah apa maunya saja. Saat dia menjilati dan menusukkan lidahnya ke lubang anusku aku langsung menggelinjang. Tanganku bergerak kebelakang meraih kepalanya, aku ingin Paijan lebih tenggelam lagi menjilat pantatku. Tetapi Paijan bergerak bangkit sambil beberapa kali meludahi lubang anusku. Dia tusukkan jar-jarinya ke lubang itu. Aku kesakitan dan mengaduh. Dia tidak ambil pusing.
Dan ketika penisnya dia asongkan ke analku, aku baru tahu, rupanya Paijan ingin melakukan sodomi padaku. Aku rasanya tak mampu berkutik. Aku menjadi tawanan yang sudah lunglai kehabisan tenaga untuk melawan musuhku. Dan saat rasa sakit yang langsung menerpa pantaku karena penis Paijan memaksakan untuk menembusinya, aku tak menahan diri lagi untuk berteriak sekeras-kerasnya. Aku benar-benar tak tahan menerima tusukkan penisnya di pantatku. Aku belum pernah merasakan sodomi, bahkan berpikir saja tak pernah.
Rasa panas dan pedih pada bibir dan dinding anusku tak tertahankan lagi. Aku berusaha berontak menghindar, tetapi justru membuat aku semakin terkunci oleh jepitan tubuhnya yang sambil terus menggerakkan pantatnya merangsek dan mendorong serta menarik penisnya memompa anusku. Kini aku benar-benar diperlakukan seperti anjing betina, Dengan setengah tengkurap di tepian ranjang dan kaki terjuntai ke tanah, aku dipaksa menerima peralakuan sodomi pada pantatku. Aku terguncang-guncang oleh sodokkan ritmisnya. Anusku terasa sangat panas seperti kecabean dan pedihnya luar biasa. Kembali aku menangis. Aku melolong karena rasa sakit yang amat sangat.
Paijan menikmati banget apa yang dia bisa raih dari tubuhku. Dengan terus menyodomi analku dia memelukku dari belakang, menciumi kudukku habis-habisan sambil tangannya merangkul tubuhku dan meremasi payudaraku. Kudengar nafasnya yang mengendus dengan buas menyertai nafsu birahinya yang benar-benar telah menjadi binatang liar yang tak terkendali lagi.
Saat akhirnya penis itu terus mempercepat pompaannya, aku tahu bahwa Tradjo telah mendekati puncak birahinya. Untuk yang kesekian kali dia akan menyemprotkan air maninya ke dalam tubuhku. Di antara panas dan pedih yang merobek-robek lubang pantatku aku terguncang-guncang di atas ranjang pengantinku sambil meraung kesakitan. Aku merasakan betapa sodomi ini begitu menyiksaku. Kepalaku langsung pening, mataku terasa menggelap ber-kunang-kunang. Kuremasi pinggiran kasurku dalam upaya menahan kepedihan itu. Yang aku pikirkan hanyalah kapan siksaan ini berhenti dan selesai. Aku nyaris kehilangan kesadaranku saat Paijan kembali menyemprotkan lahar panasnya di lubang analku. Lendirnya melicinkan bibir dan dindingnya hingga rasa sakit ini sedikit berkurang. Paijan kembali berteriak histeris, melolong bak anjing jantan yang telah memuasi betinanya. Kemudian kembali dia lemas dan rebah penuh keringat menindihi punggungku. Aku lemas sekali. Aku berharap Paijan sudah lemas dan puas pula hingga tidak lagi memaksa aku untuk menampung kebrutalannya lagi. Aku harap selekasnya Paijan meninggalkan aku. Aku sudah tak mampu lagi melayaninya. Percuma. Aku nggak akan mampu lagi menikmatinya. Dan harapanku benar terpenuhi.
Tetapi caranya sungguh menunjukkan kekurang-ajarannya. Tanpa memperhatikan keadaanku, tanpa ada omongan “ba bi Bu” enak saja Paijan turun dari ranjangku. Dengan tanpa mencuci apa-apa pada tubuhnya, ditariknya kembali celana panjangnya yang tetap nyangkut di pahanya dan menutup resluitingnya serta mengikat kembali ikat pinggangnya. Dan kemudian dengan se-enaknya dia ngeloyor pergi,
“Terima kasih, Bu. Maafin saya, ya, Bu”, demikian kering kata-katanya, seolah apa yang telah terjadi bukan hal yang luar biasa. Kemudian dengan sama sekali tidak menunggu reaksiku dengan cepat dia meninggalkan aku yang masih tergolek telanjang di tempat tidurku.
Sesudah lebih dari 1 jam dia melampiaskan nafsu hewaniahnya untuk mendapatkan kepuasan birahinya dengan cara memaksa menggauli aku, dengan menembusi vaginaku, mulutku dan yang terakhir lubang duburku tanpa khawatir akan suamiku yang bisa kapan saja muncul pulang tiba-tiba, kini sepertinya pahlawan yang meninggalkan musuhnya yang sedang sekarat dia pergi begitu saja tanpa tanda-tanda dan jejak yang bisa dijadikan alibi kecuali hatiku yang terluka dan bimbang.
Aku bimbang, benarkah Paijan telah memperkosa aku? Dengan kenikmatan yang begitu luar biasa yang kudapatkan dari pemerkosaku aku menerima perbuatan Paijan sebagai sesuatu yang tak akan pernah kusesali seumur hidupku. Masih pantaskah aku disebut istri yang setia bagi Mas Darto? Ah, lelaki dimana-mana sama saja, membingungkan. Dasar bajingan kamu, Jan.
Apakah aku harus mengalaminya kembali? mengingat aku telah merasakan kenikmatan yang luar biasa… Entahlah,… hanya waktu yang bisa menjawab. TAMAT
Repost By : certsexterbaru.blogspot.com - Cerita Dewasa | Cerita Sex 2016 | Cerita Ngentot. Sobat bisa membaca cerita Panas lainnya di website ini, karena di website ini tersaji kumpulan cerita HOT terbaik dan selalu update setiap harinya. Baca artikel referensi lainnya di bawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar